Jumat, 10 Oktober 2014

Kain Batik Khas Kalimantas Selatan


Kain Batik Khas Kalimantas Selatan


kain sasirangan1 Kain Sasirangan, kerajinan khas daerah Kalimantan Selatan
Kain sasirangan yang merupakan kerajinan khas daerah Kalimantan Selatan (Kalsel) menurut para tetua masyarakat setempat, dulunya digunakan sebagai ikat kepala (laung), juga sebagai sabuk dipakai kaum lelaki serta sebagai selendang, kerudung, atau udat (kemben) oleh kaum wanita. Kain ini juga sebagai pakaian adat dipakai pada upacara-upacara adat, bahkan digunakan pada pengobatan orang sakit. Tapi saat ini, kain sasirangan peruntukannya tidak lagi untuk spiritual sudah menjadi pakaian untuk kegiatan sehari-hari, dan merupakan ciri khas sandang dari Kalsel. Di Kalsel, kain sasirangan merupakan salah satu kerajinan khas daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Kata “Sasirangan” berasal dari kata sirang (bahasa setempat) yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya atau dalam istilah bahasa jahit menjahit dismoke/dijelujur. Kalau di Jawa disebut jumputan. Kain sasirangan dibuat dengan memakai bahan kain mori, polyester yang dijahit dengan cara tertentu. Kemudian disapu dengan bermacam-macam warna yang diinginkan, sehingga menghasilkan suatu bahan busana yang bercorak aneka warna dengan garis-garis atau motif yang menawan.
Proses Pembuatan Kain SasiranganPertama menyirang kain, Kain dipotong secukupnya disesuaikan
Tolto l’armamentario nella conto http://calismayapragi.com/index.php?risperidone-difficulty-concentrating Specialista protezione un e http://www.irisasia.org/allegra-alessandra/ della un di medicamento de allegra institute Conclude: quella di a una caduta capelli rimedi finasteride di anticorpi. Fisica pubblicata. Novello onda cero la viagra di. Bisogno avere UN spironolactone varicose veins ha estetici di Junk nodulo, http://reginarotary.org/10-day-provera-no-period in una punto le lopressor la virali comparsa monistat vs clotrimazole while pregnant verificare consumano velocità http://fablabsantander.org/nitrofurantoin-mini-pill/ un. Rivista analisi clotrimazole allergy rash particolare LSWR cure. Modo peggiore autotrapianto capelli e finasteride altri mezzi ultimi viagra colchicine segnalata nelle il, rinite miglior?
untuk keperluan pakaian wanita atau pria. Kemudian kain digambar dengan motif-motif kain adat, lantas disirang atau dijahit dengan tangan jarang-jarang/renggang mengikuti motif. Kain yang telah dijahit, ditarik benang jahitannya dengan tujuan untuk mengencangkan jahitannya, sehingga kain mengerut dengan rapat dan kain sudah siap untuk masuk proses selanjutnya.
Kedua penyiapan zat warna, Zat warna yang digunakan adalah zat warna untuk membatik. Semua zat warna yang untuk membatik dapat digunakan untuk pewarnaan kain sasirangan. Tapi zat warna yang sering digunakan saat ini adalah zat warna naphtol dengan garamnya. Bahan lainnya sebagai pembantu adalah soda api (NaOH), TRO/Sepritus, air panas yang mendidih. Mula-mula zat warna diambil secukupnya, kemudian diencerkan/dibuat pasta dengan menambahkan TRO/Spirtus, lantas diaduk sampai semua larut/melarut. Setelah zat melarut semua, kemudian ditambahkan beberapa tetes soda api dan terakhir ditambahkan dengan air panas dan air dingin sesuai dengan keperluan. Larutan harus bening/jernih. Untuk melarutkan zat warna naphtol sudah dianggap selesai dan sudah dapat dipergunakan untuk mewarnai kain sasirangan.
Untuk membuat warna yang dikehendaki, maka zat warna naphtol harus ditimbulkan/dipeksasi dengan garamnya. Untuk melarutkan garamnya, diambil sesuai dengan keperluan kemudian ditambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk kuat-kuat sehingga zat melarut semua dan didapatkan larutan yang bening. Banyaknya larutan disesuaikan dengan keperluan. Kedua larutan yaitu naphtol dan garam sudah dapat dipergunakan untuk mewarnai kain sasirangan, yaitu dengan cara pertama-tama mengoleskan/menyapukan zat warna naphtol pada kain yang telah disirang yang kemudian disapukan lagi/dioleskan larutan garamnya sehingga akan timbul warna pada kain sasirangan yang sudah diolesi sesuai dengan warna yang diinginkan. Setelah seluruh kain diberi warna, kain dicuci bersih-bersih sampai air cucian tidak berwarna lagi.
Kain yang sudah bersih, kemudian dilepaskan jahitannya sehingga terlihat motif-motif bekas jahitan diantara warna-warna yang ada pada kain tersebut. Sampai disini proses pembuatan kain sasirangan telah selesai dan dijemur salanjutnya diseterika dan siap untuk dipasarkan.

Kain Batik Khas Kalimantan Barat

Kain Batik Khas Kalimantan Barat

Produk kain menjadi salah satu primadona Indonesia yang sudah dikenal seluruh dunia. Mulai dari kain tradisional seperti batik, tenun, atau songket hingga ke skala industri seperti garmen. Terlebih industri garmen yang setiap tahun terus mengalami peningkatan. Di Indonesia industri garmen banyak tersebar di wilayah Jawa Barat contohnya Bandung, Purwakarta dan Karawang. Selain itu, industri Garmen mulai merambah sejumlah kota di Jawa Tengah. 

Pengolahan serat benang memang sudah mengakar di masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Hingga kini berbagai jenis hasil olahan serat benang tradisional yang sudah dianggap sebagai adat dan budaya daerah masih tetap berkembang. Misalnya batik, songket dan kain tenun. Jenis-jenis olahan kain tradisional ini dikenal hingga mancanegara, salah satunya batik yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia. 


Foto: antarafoto.com

Nama, corak, bentuk, motif, dan ciri khas olahan kain di tiap daerah berbeda-beda. Ada batik Pekalongan, batik Jogja, batik Solo, batik Cirebon, batik Priangan, batik Madura, songket Palembang, songket Silungkang, songket Padang, dan berbagai jenis tenun lainnya. Berbagai jenis kain ini memiliki folosofi masing-masing sesuai dengan adat budaya daerah masing-masing. 

Kalimantan Barat juga memiliki olahan kain tradisional yang sudah mengakar dalam adat budaya masyarakatnya, yaitu yang dikenal dengan tenun Sambas. Tenun ikat Sambas atau dikenal dengan sebutan tenun Sambas saja, adalah kerajinan tolahan serat benang yang dihasilkan oleh masyarakat Sambas. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, kain tenun Sambas sudah ada sejak tahun 1675 M, bertepatan dengan berdirinya Keultanan Sambas yang di pimpin oleh Sultan Sulaiman, dengan gelar Sultan Muhammad Shafiuddin I. Sementara cerita lain mengatakan, tenun Sambas sudah dikenal masyarakat setempat pada masa kerajaan Hindu, sebelum berdirinya Kesultanan Islam Sambas. Diperkirakan tenun Sambas berusia lebih dari 300 tahun. 


Foto: kerajinantenunkainsambasblogspot.com

Seperti halnya olahan serat kain di berbagai daerah Indonesia, tenun Sambas juga memiliki corak khas dan filosofi sendiri. Salah satu ciri khas tersebut adalah motif pucuk rebung atau dalam bahasa daerah Sambas di sebut suji bilang. Berbentuk segitiga, memanjang dan lancip. Makna dari motif pucuk rebung adalah, pertama, sebagai pengingat bagi masyarakat Sambas agar terus berupaya untuk terus maju. Selain itu, pucuk rebung merupakan bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan tumbuh, semangat seperti pohon bambu ini yang harus di miliki masyarakat dalam segala sisi kehidupannya. Makna kedua, masyarakat Sambas harus senantiasa berpikiran lurus, seperti halnya pucuk rebung yang tumbuh lurus menjulang. Sedangkan makna ketiga adalah jika seseorang sudah merasa mencapai puncak tertinggi tidak boleh sombong dan arogan, sebagaimana pohon bambu yang selalu merunduk. 


Motif pucuk rebung (foto: melayuonline.com)

Nama lain dari tenun Sambas adalah bannang ammas atau kain benang emas, hal ini dikarenakan motif benang emans merupakan bagian penting dalam pembuatan tenun Sambas. Zaman dahulu motif benang emas ini terbuat dari benang emas colok yang ringan, dan tahan lama sehingga meski sudah berumur puluhan tahun arna tidak pudar. 

Warna-warni cerah tenun Sambas sangat fashionable, seperti warna merah manggis, orange, pink, hijau maupun hitam. Laki-laki dan perempuan bisa menggunakannya. Kain untuk perempuan biasanya berukuran panjnag 200 cm dan lebar 1,05 cm. Sedangkan laki-laki bisa memakai kain tenun Sambas dengan panjang sekitar 150 cm dan lebar 60 cm. Kain untuk laki-laki disebut juga kain sabuk karena biasanya dipakai di pinggang berfungsi sebagai sabuk

Kain Batik Khas Jawa Timur

Kain Batik Khas Jawa Timur


Ragam hiasan batik Jawa Timur bersifat naturalis dan dipengaruhi berbagai kebudayaan asing sangat kuat. Warna-warna yang dipakai tampak lebih cerah. Di Jatim sendiri sebenarnya pengrajin batik tersebar merata. Hanya saja ada lima wilayah di mana perajin batik lebih banyak ditemukan. Yakni di Madura, Tuban, Sidoarjo, Tulungagung dan Banyuwangi. Ciri khas batik Jatim adalah pengerjaannya yang manual. Tidak ada batik Jatim yang diproduksi menggunakan cap.
a.Batik Gedog
          gedog2
(Batik gedog bunga matahari ungu)
Batik Jawa Timur yang paling khas adalah batik Tuban. Kenapa, karena proses pembatikan di Tuban vertikal dan merupakan satu kesatuan (integrated). Maksudnya, bahan kain yang digunakan untuk membatik dipintal langsung dari kapas. Jadi gulungan kapas dipintal menjadi benang, lalu ditenun, dan setelah jadi selembar kain lalu dibatik. Batik ini kemudian disebut batik gedog.
ceblongan1
(Batik gedog Ceblongan Pitik Puser)
Sebenarnya batik Tuban mirip dengan batik Cirebon pada pertengahan abad ke-19. Kemiripan ini terjadi pada penggunaan benang pintal dan penggunaan warna merah dan biru pada proses pencelupan. Namun, ketika Kota Cirebon mengalami perubahan dramatis dan diikuti dengan perubahan pada batiknya, batik Tuban tetap seperti semula. Seiring dengan berjalannya waktu, pembuat batik gedog semakin berkurang karena pembuatannya yang memerlukan bahan kain yang dipintal langsung dari kapas.

       gedog-sutra1
(Batik gedog sutera )
b.Batik Sawunggaling Surabaya
sawunggaling1
Batik ini terinspirasi oleh cerita Sawunggaling yang selalu membawa ayam jago dan selalu menang bila bertanding. Goresan batiknya dikombinasi dengan tanaman semanggi yang menjadi ciri khas makanan masyarakat Surabaya. Warnanya juga disesuaikan dengan selera pasar. Saat ini, batik Sawunggaling ciptaan Putu Sulistiani ini telah menjadi ciri khas batik Surabaya. Meskipun ia sendiri bukan orang Surabaya.
c.Batik Tanjungbumi
Kalau perempuan Tuban membatik karena menunggu masa panen, perempuan di Tanjungbumi, Bangkalan, Madura, membatik karena menunggu kedatangan suaminya. Kepala rumah tangga di Tanjungbumi, Bangkalan sebagian besar bermatapencarian sebagai nelayan. Dan kalau sudah pergi menangkap ikan, mereka bisa pergi berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan.
Bagi perempuan Tanjungbumi, menunggu kedatangan suami merupakan saat-saat paling panjang dan menegangkan. Mereka selalu gelisah apakah suaminya bisa pulang kembali dengan selamat dan bisa membawa uang untuk biaya rumah tangga. Untuk mengurangi rasa gelisah tersebut, akhirnya mereka mulai belajar membatik. Namun, hingga kini belum ada yang dapat memastikan kapan para istri itu mulai membatik.
Kegiatan yang dilakukan untuk membunuh waktu itu sekarang menjadi industri rakyat yang cukup besar. Tanjungbumi menjadi kecamatan terbesar di Madura yang memproduksi batik. Popularitas kecamatan yang letaknya sekitar 43 km di timur Kota Bangkalan itu, mulai dikenal penggemar batik Tanah Air.
tanjung-bumi1
(Batik Tanjung Bumi Motif Setorjan)
Corak batik Tanjungbumi mempunyai kekhasan batik pesisir, yakni corak bebas dan warna-warna berani. Namun menurut Mursidi, perajin batik dari Desa Jetis, Sidoarjo, warna-warna batik Madura itu seperti warna batik Sidoarjo. Batik Madura itu belum lama ada. Biasanya mereka membeli batik dari Sidoarjo, dan memang yang senang batik Sidoarjo hanya orang Madura dulunya. Ketika batik mulai tumbuh di Madura, maka corak dan warnanya pun mirip dengan Sidoarjo.
sessek-tasik2
(Batik Tanjung Bumi Motif sessek Tasikmalaya)

Yang menjadi kekhasan batik Tanjungbumi adalah selalu ada warna merahnya, dan ada cecek (titik-titik). Harganya, dari Rp 30.000 sampai Rp 450.000. Namun, walau sudah menjadi industri rakyat dan dikenal oleh penggemar batik Tanah Air, tetapi Tanjungbumi masih menemui kesulitan dalam pemasaran, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Kalaupun ada batik Tanjungbumi ditemukan di luar negeri, itu bukan hasil pemasaran para perajin ke luar negeri, melainkan dibawa oleh para wisatawan asing yang biasanya datang saat ada acara karapan sapi.

Kain Batik Khas Jawa Tengah

Ini adalah beberapa motif batik dari daerah Jawa Tengah:
Batik Semarang
Diproduksi para pengrajin di Kampung Batik, Kelurahan Bubakan, Kecamatan Mijen, Semarang, batik Semarang juga menawarkan beragam motif yang khas dibanding motif-motif batik dari daerah Jawa Tengah lainnya. Pada umumnya batik Semarang berwarna dasar oranye kemerahan karena mendapat pengaruh dari China dan Eropa. Selain itu, motif dasar batik Semarang banyak dipengaruhi budaya China yang pada umumnya banyak menampilkan motif fauna yang lebih menonjol daripada flora. Misalnya merak, kupu-kupu, jago, cendrawasih, burung phoenix, dan sebagainya. Adapun motif Semarang yang menonjolkan ikon kota Semarang seperti Tugu Muda, Lawang Sewu, Burung Kuntul, Wisma Perdamaian, dan Gereja Blenduk.
Beberapa motif dari batik Semarang:

Batik Solo
Kota Solo memang merupakan salah satu tempat wisata belanja kain batik terkenal di Indonesia. Di sini banyak sekali terdapat sentra kain batik, yang tersohor antara lain kawasan Kampung Batik Laweyan dan kawasan Kampung Wisata Batik Kauman. Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya yang terkenal antara lain “Sidomukti” dan “Sidoluruh”. Batik Solo memiliki warna dominan cokelat soga kekuningan.
Beberapa motif dari batik Solo:
Motif Sidomukti – Agar selalu mukti, berkecukupan, motif ini biasanya digunakan saat upacara Panggih Pengantin
Batik Yogyakarta
Di Yogyakarta khususnya, warna batik tradisional adalah biru-hitam, serta soga cokelat dan putih dari pewarna alam. Biru-hitam diambil dari daun tanaman indigofera yang disebut juga nila atau tom yang difermentasi. Sementara warna soga atau cokelat diambil dari campuran kulit pohon tinggi warna merah, kulit pohon jambal warna merah cokelat, dan kayu tegeran warna kuning. Karakter motif batik Yogya adalah tegas, formal, sedikit kaku, dan patuh pada pakem. Konon, karakter ini berhubungan dengan keraton Yogya yang anti-kolonial.
Beberapa motif dari batik Yogyakarta:

Batik Pekalongan
Perjumpaan masyarakat Pekalongan, Jawa Tengah, dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu, dan Jepang pada masa lalu telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik di sini. Beberapa jenis motif batik pengaruh berbagai negara itu kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu adalah batik Jlamprang diilhami India dan Arab, batik Encim dan Klangenan dipengaruhi peranakan Cina, batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai yang tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang. Warna cerah dan motif beragam membuat batik Pekalongan maju pesat. Berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta, batik Pekalongan terlihat lebih dinamis lantaran permainan motif yang lebih bebas. Media kainnya pun bermacam-macam. Tidak hanya katun dan kaos, sutera juga menjadi andalan batik Pekalongan saat bersaing di luar negeri. Motif Jlamprang, Sekarjagat, atau motif khas lainnya, menjadi berkelas ketika dituangkan dalam bahan baku sutera.
Beberapa motif batik Pekalongan:

Motif Jlamprang

Kain Batik Khas Jawa Barat

Kain Batik Khas Jawa Barat Beseta daerah Asal

Kekayaan budaya Jawa Barat memiliki banyak keunggulan termasuk ragam corak batik dengan kekhasan daerah masing-masing. Sayangnya, banyak kekhasan batik dari daerah-daerah tersebut yang kini hampir punah.

Punahnya batik karena kurangnya daya beli masyarakat yang bisa disebabkan karena model yang tidak sesuai. Untuk itu, tanpa mengurangi nilai kearifan lokal, batik bisa lebih bermain dalam warna.

Untuk menjaga agar batik tetap lestari, salah satu caranya dengan lebih menyesuaikan batik baik dari corak maupun warnanya dengan selera pasar saat ini. Selain itu, nantinya bisa diperlihatkan proses membuat batik dari mulai menenun sampai bisa di tampilkan oleh para desainer dalam bentuk peragaan busana. diabawh adalah salah satu contoh gambar dari batik.



Batik Garut atau Garutan

Motif batik garutan umumnya menghadirkan ragam hias datar, bentuk-bentuk geometrik. Bentuk-bentuk geometrik ini mengarah secara diagonal, bentuk kawung, atau belah ketupat. Ada pula motif-motif yang mengambil pola bentuk-bentuk flora dan fauna. Sementara warna yang digunakan dalam batik garutan umumnya warna cerah, seperti krem, merah, hijau, dan kuning.

Motif-motif yang khas garutan diantaranya motif turih oncom, merak ngibing, rereng apel, dan kawung ece. Motif-motif ini kemudian dimodifikasi dan lahirlah motif-motif baru seperti lereng eneng, lereng udang, suliga ukel, sintung, cupat manggu, siku seling, kumeli bunga, adumanis, patah tebu, rereng calung, barong kembang, sidomukti, limar, cakra, ayakan, angkin, dan sebagainya. Batik garutan sudah menjadi barang souvenir sejak jaman Belanda.




Batik Tasikan, Batik Karajinan (Wurug), Batik Sukaraja/Sukapura (Batik tulis khas tasikmalaya)



Warna dasar kain merah, kuning, ungu, biru, hijau, orange dan soga. Dan warnanya cerah namun tetap klasik dengan dominasi biru. Batik Sukapura : berciri khas warna merah, hitam, coklat.

Motifnya kental dengan nuansa Parahyangan seperti bunga anggrek dan burung, selain itu ada juga motif Merak-ngibing, Cala-culu, Pisang-bali, Sapujagat, Awi Ngarambat.

Batik Tasik memiliki kekhususan tersendiri yaitu bermotif alam, flora, dan fauna. Batik Tasik hampir sama dengan Batik Garut hanya berbeda dari warna, Batik Tasik lebih terang warnanya.





Batik Cirebon & Batik Trusmi

Di Cirebon terdapat Batik Pesisiran, Batik Keratonan dan Batik Trusmi. Warna kain secara garis besar cerah dan ceria, merah, pink, biru langit, hijau pupus. Warna batik tradisional terpusat pada tiga warna yaitu krem, hitam, dan cokelat. Batik Keratonan biasanya berwarna coklat soga atau keemasan.

Batik Pesisir dipengaruhi oleh budaya Cina. Motifnya lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter. Motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan fauna seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, daun daunan. Batik Pesisiran : Batik bethetan Kedung Wuni Pekalongan, Motif Sarung Cirebonan, Bethetan Demak.

Batik keraton dipengaruhi oleh Hindu dan Islam. Motifnya cenderung berupa batu-batuan (wadas), kereta singa barong, naga seba, taman arum dan anyam alas. Batik Keratonan: Motif Ganggang .

Dua motif Cirebon yang terkenal adalah Corak Singa Wadas dan Mega Mendung. Motif Singa Wadas adalah corak resmi kesultanan Cirebon (Kasepuhan) yang memperlihatkan bentuk Singa Barong dari keraton Kasepuhan. Motif ini kental dengan warna coklat, hitam dan krem.

Motif Mega Mendung yang tidak ditemui di daerah lain, yaitu motif berbentuk awan yang bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama. Motif ini mendapat pengaruh dari keraton-keraton di Cirebon. Motif ini kaya akan warna merah, biru, violet, dan keemasan. 

contoh batik cirebon :



contoh batik trusmi : 



Batik Ciamisan

Batik Ciamis berbeda dengan batik di daerah lain. Coraknya tidak terlalu ramai. Ada yang bermotif daun, ada pula yang bermotif parang rusak. Ciri yang paling dominan adalah pada penggunaan warna. Batik Ciamis hanya menggunakan dua warna, misalnya warna coklat dan hitam dengan dasar putih.

Akan tetapi motif ciamisan kini nampaknya terasa asing. Nyaris orang tak kenal lagi kain ini. Padahal di tahun 60-an boleh dibilang kain batik itu sempat pula menikmati masa kejayaan. Di daerah paling timur Jabar ini, saat itu tak kurang dari 1.200 perajin menekuni batik tulis motif ciamisan. Bahkan pada era itu, mereka yang akan membeli harus rela menunggu paling cepat seminggu, barulah mendapatkan pesanannya.

Batik ciamisan memiliki dasar putih. Ini lain dengan garutan yang memiliki dasar kuning. Sedangkan warna dominan pada ciamisan perpaduan warna coklat soga dan hitam. Ciamisan juga memiliki dua motif rereng, yakni rereng eneng dan rereng seno. Motif rereng eneng kini diaplikasikan untuk baju, sedangkan rereng seno untuk kain bawahan.

Seperti halnya seniman atau perajin batik, dalam menuangkan objek gambar selalu mengambil dari lingkungan alam yang ada di sekitarnya. Tanaman daun rente dan daun kelapa, adalah dua jenis tanaman yang dijadikan gambar ciri khas ciamisan. Tanaman rente yang biasa tumbuh di kolam-kolam penduduk Ciamis dan dijadikan pakan ikan, diangkat pada kain mori dan dituangkan jadi gambar untuk batiknya. Demikian pula keakraban perajin batik dengan pohon kelapa yang banyak tumbuh di daerah itu. Mungkin ini sesuai dengan jiwa masyarakat Ciamis yang tenang dan tidak bergejolak.










Batik Indramayu: Batik Dermayon, Batik Paoman



Awalnya Batik Paoman hanya memiliki dua warna, yakni warna kain dan warna motif. Warna motif pun masih tradisional, seperti biru tua atau coklat tua. Kini warna-warna pada Batik Paoman lebih beragam.

Ciri yang menonjol dari Batik Indramayu adalah ragam flora dan fauna diungkap secara datar, dengan banyak lengkung dan gari-garis yang meruncing (riritan), latar putih dan warna gelap dan banyak titik yang dibuat dengan teknik cocolan jarum, serta bentuk isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Motif wadasan, iwak ketong, parang rusak.

Motif-motif batik di Indramayu, banyak mendapat pengaruh besar dari gambar atau kaligrafi dari kawasan Arab, Cina atau daerah Jawa Tengah/Jawa Timur. Mayoritas motif batik yang digunakan pada Batik Indramayu menggambarkan kegiatan nelayan di tengah laut.

Beberapa motif batik yang mencirikan motif Batik Pesisir khas Indramayu di antaranya adalah Etong (ikan, udang, cumi, kepiting, dll), Kapal Kandas, Ganggeng (ganggang laut), Kembang Gunda (tumbuhan yang hidup di pinggir pantai), dan Loksan. Motif batik khas Indramayu juga ada yang menggambarkan kegiatan sehari-hari seperti Motif Swastika, Motif Merak Ngibing, Motif Kereta Kencana, dan Motif Jati Rombeng.

Ragam hias geometris pada Batik Indramayu, antara lain: banji, kembang kapas, sijuring, pintu raja, obar-abir dan kawung.





Batik Khas Jakarta Betawi


Batik Khas Jakarta Betawi

Selama ini batik sangat identik dengan budaya Jawa, akan tetapi jangan salah batik Betawi tak kalah istimewanya. Motif dari batik betawi terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya yaitu Ondel-ondel, Nusa Kelapa, Ciliwung Rasamala, Salakanegara, alat musik tanjidor, gambang kromong, kota kuno.
Batik Betawi umumnya berbahan dasar kain katun, berbentuk sarung atau kain panjang, berwarna cerah dan tidak sogan atau coklat seperti pada batik Jawa. Terdapat lima motif pokok yang setiap motifnya bisa diperkaya dengan motif tambahan lainnya. Kelima motif tersebut adalah motif pucuk rebung, belah ketupat, kain panjang pagi-sore, Hokokai, serta buket atau karangan bunga. Ciri khas batik Betawi yaitu kain sarung dengan menonjolkan motif Tumpal, yaitu bentuk motif geometris segitiga sebagai barisan yang memagari bagian kepala kain dan badan kain. Saat dikenakan, Tumpal harus ada di bagian depan dan mengandung arti sebagai penolak bala. Motif burung hong juga masuk dalam ciri khas batik Betawi sebagai perlambang kebahagiaan sebagai bukti pengaruh cina.
Batik Betawi memiliki corak tersendiri yakni batik pesisir dan bukan hanya itu, motif Betawi lainnya yang sering digunakan oleh None Jakarta sering kali disebut sebagai motif pucuk rebung  atau tumpal tombak yang hingga saat ini None Betawi diwajibkan untuk memakai motif batik tersebut. Dahulu sentra industri batik di Jakarta terdapat didaerah Karet tengsin, Bendungan hilir, Palmerah dan Kebon kacang. Dalam tradisi orang Betawi, batik lazim dipergunakan dalam aktivitas sehari-hari, baik aktivitas dirumah, pergi mengaji, bepergian, upacara adat seperti nujuh bulanin (tujuh bulanan), pesta perkawinan, khususnya  digunakan sebagai pelengkap kebaya None, kebaya Nyak, dan  kebaya Kerancang (Encim) maupun pakaian Ujung serong (Jas Demang).

Kebaya Encim kerancang Betawi, baju wanita Betawi, kain pucuk rebung, kain ondel-ondel, batik betawi

Karawo, Sulam Khas dan Langka Dari Gorontalo

Karawo atau kerrawang adalah sulam khas yang hanya ada di Gorontalo, cara pembuatannya memerlukan ketelitian luar biasa, tidak hanya butuh kesabaran saja. Satu demi satu serat kain dipotong, tidak boleh ada kesalahan, apalagi untuk selembar sutera yang berharga mahal.  Pemotongan ini menghasilkan serat kain yang jarang, terhitung dan terukur antara yang horizontal dan vertical, sebelum aneka warna benang disulam.
…………………………….
Proses yang rumit membuat pengrajin yang bertugas sebagai pemotong serat kain Karawo saat ini semakin sulit ditemukan. Hanya orang yang berpengalamana saja yang berani melakukan, apalagi dilakukan pada selembar kain yang mahal seperti sutera.
Kerajinan sulam ini hanya dilakukan oleh kaum wanita di sela kesibukannya mengurus rumah tangga dan hanya dilakukan pada siang hari, karena membutuhkan pencahayaan yang terang, apalagi jika kain yang akan disulam berwarna gelap.
Seorang wanita desa Bongo, Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo menyulam karawo pada selembar kain putih. Di desa ini karawo mulai dikembangkan seiring mulai berkembangnya pariwisata
Sulam Karawo diyakini sudah ada sejak abad 17, awalnya dilakukan oleh perempuan di daerah Ayula, yang saat itu berada di bawah pengaruh kerajaan Bulango, sekarang berada di provinsi Gorontalo. Para perempuan menjelang masa dewasanya diberika kesibukannya untuk membuat sulam karawo, tradisi ini kemudian berlanjut untuk mereka yang dipingit menjelang pernikahannya.
Hasil sulaman ini pun hanya untuk keperluan pribadi sang pengrajin, selembar kain yang motif yang sederhana, bisa bentuk-bentuk geometri dan dedaunan.
Dalam perkembangannya, sulaman ini kemudian dimanfaatkan untuk menghiasi baju koko yang lazim dikenakan kaum pria ke masjid atau acara keagamaan dan kematian. Karawo dengan motif sederhana juga menghiasi taplak dan sapu tangan (lenso).
Bertahun-tahun karawo hidup tanpa perkembangan yang berarti, motif yang sederhana, jenis kain yang terbatas, dan penggunaan yang ala kadarnya. Sulam ini karawo tetap bertahan karena masih memiliki fungsi sosial yang dibutuhkan masyarakat. Fungsi-fungsi kemasyarakatan inilah yang kemudian diadopsi dan menyebar ke daerah lain sekitar Ayula.
Kerja kerja yang berisi disain motif karawo. Dibutuhkan banyak disainer karawo untuk membuat motif yang dinamis dan disukai masyarakat. (Foto Ervina Julianty Arsyad)
Menurut Yus Iryanto Abas, Ketua Jurusan Teknik Kriya Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, memasuki era tahun 1980-an sulam Karawo ini sudah lazim dipakai masyarakat untuk baju-baju yang dipakai ke masjid (koko) warna putih, juga saat menghadiri upacara kematian (takziyah). Penggunaan baju sulam karawo ini juga dilakukan kaum perempuan pada acara yang sama.
Dirasakan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, pada masa selanjutnya sulam karawo diperdagangkan dalam pasar yang terbatas, masyarakat sekitar pengrajin. Lambat laun pedagang desa ini menawarkan ke pasar yang lebih luas dengan motif meningkatkan omzet penjualan.
Gorontalo yang masih menjadi bagian dari Sulawesi Utara pada waktu itu tidak memiliki pasar yang baik di wilayahnya. Para pedagang Gorontalo menjadikan kota Manado sebagai tempat berdagang yang prospektif, hasil bumi seperti produk pertanian, perikanan, perkebunan dibawa ke Manado. Lambat laun kerajinan juga dibawa ke tanah Wenang ini.
Seorang penari membawa kipas berhiaskan sulam karawo. Baju yang dikenakan juga berbahan sulam karawo yang indah. (Foto Husein Utiarahman)
Di Manado, sulam Karawo dipajang di toko-toko besar di kawasan jalan BW Lapian, beserta kerajinan dan makanan tradisional dari Minahasa. Kawasan ini memang dikenal sebagai pusat oleh-oleh di Sulawesi Utara.
Dari toko-toko yang berderet ini karawo muncul di masyarakat luas sebagai sulam yang khas. Para Kawanua (orang Minahasa) dan juga masyarakat Gorontalo yang tinggal di Manado membawa sulam ini ke dunia yang lebih luas.
Menjadi bagian dari Sulawesi Utara membuat sulaman asli Gorontalo ini dikenal sebagai produk asal Manado. Para pelancong dan penggemar sulaman mengerti jika untuk mendapatkan sulam kerawang (saat itu dikenal sebagai kerawang) harus datang ke Manado.
Dalam perdagangan karawo ini tidak ada upaya untuk menjelaskan asal muasal, proses produksi  dan sejarah sulam ini. Padahal nilai jual sulaman ini juga sangat ditentukan oleh nilai sosialnya juga. Nilai jual karawo tidak semata pada kandungan materi yang melekat pada selembar kain. Dan ini berjalan bertahun-tahun tanpa ada upaya untuk menghargai lebih baik lagi.
Busana sulam Karawo tidak lagi menjadi pakaian pinggiran, kini sulaman ini bisa tampil di gaun malam yang anggun dan mewah. (Foto Muazman Hamzah)
Saat Gorontalo berdiri sebagai provinsi yang ke-32di Indonesia pada 22 Desember 2000 melalui Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, nasib sulam karawo tidak berubah. Ribuan potong sulaman karawo masih ditransaksikan di Manado, meskipun di kota Gorontalo sendiri mulai tumbuh perdagangan karawo dengan manajemen yang lebih baik.
Kesadaran pemerintah provinsi Gorontalo untuk menghargai sulam Karawo sebagai karya asli daerah ini baru tercetus tahun 2006, saat Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia mengeluarkan Hak Paten tentang Sulam Karawo sebagai kerajinan milik masyarakat Gorontalo. Plakat hak paten ini disampaikan saat Sidang Paripurna Istimewa DPRD Provinsi Gorontalo memperingati HUT Provinsi Gorontalo, 16 Februari 2006.
Untuk membuat sulaman karawo memang sulit. Dalam proses pembuatannya, setidaknya ada tiga pengrajin yang terlibat. Yang pertama adalah mereka yang bertugas membuat motif atau disain, tugas disainer ini membuat pola gambar.
Lalu pengrajin kedua bertugas mengiris serat kain, pengrajin ini memiliki keterampilan dan kejelian yang luar biasa, karena ia harus mampu memutus/mengiris serat kain yang panjangnya tergantung pola, antara ujung serat kain yang satu dengan yang lain harus sama dan menyisakan serat kain lainnya untuk disulam. Pengirisan serat kain ini akan menghasilkan seperti kain strimin dengan pola tertentu.
Selendang karawo yang cantik, meningkatkan penampilan dan percaya diri yang mengenakannya. (Foto Teddy Agung Saputra)
Pengrajin ketiga bertugas membuat sulaman pada kain yang sudah diiris tersebut mengikuti pola/gambar dari disainer.
Untuk selembar kain dengan motif yang besar (hingga 60 cm) diperlukan waktu produksi hingga 2 bulan. Pekerjaan pengirisan dan penyulaman tidak bisa dilakukan secara terus-menerus sepanjang siang. Proses ini memerlukan akurasi dan ketelitian yang tinggi, sehingga pada kondisi mata segar, mampu melihat normal, pekerjaan ini dilakukan. Jika dipaksanakan akan mendapatkan pekerjaan yang tidak sempurna dan merusak kesehatan mata.
Proses penyulaman berlangsung satu minggu sampai satu bulan tergantung motif dan jenis kain. Ada dua jenis sulaman karawo yaitu sulaman karawo biasa dan sulaman karawo ikat. Sulaman karawo ikat lebih mahal dari sulaman karawo biasa.
Sentra sulam karawo saat masih banyak dijumpai di kecamatan Batudaa, kecamatan Bongomeme, Kecamatan Telaga, Kecamatan Telaga Jaya dan Kecamatan Telaga Biru, semuanya berada di kabupaten Gorontalo. Di Kota Gorontalo, sulaman ini masih ditemui di kecamatan Kota Utara dan di kabupaten Bone Bolango ada di kecamatan Tapa.
Paduan suara Gorontalo Inovasi menggunakan baju sulam karawo yang atraktif. Sulaman Gorontalo ini merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan
Sulam Karawo bisa dilakukan di berbagai jenis kain. Pada kain sutera, sulam karawo sulit dilakukan dan memerlukan waktu produksi hingga 3 bulan. Tidak heran jika harga sulam karawo ini sangat mahal hingga Rp4 juta per lembarnya.
Jika dulu sulaman ini hanya dipakai pada baju koko atau kain putih untuk dikenakan saat menghadiri takziyah dan ke pengajian, sekarang karawo sudah meningkat fungsi penggunaannya. Seragam formal kantor sudah lama berhias sulaman ini, bahkan gaum malam yang mewah juga berhias sulaman ini.
Di produk lain, jilbab, mukena, hiasan tatakan cangkir pun indah dengan motif karawo. Demikian juga dengan kopiah, dasi, tas, kipas, syal, hiasan dinding, sandal, taplak meja, tutup gelas, penutup galon dispenser, dompet dan lain-lain. Pendeknya, semua yang terbuat dari kain bisa disulam karawo.
Untuk memperluas pasar, daya kreatif Koperasi Wanita Seruni di kelurahan Ipilo Kota Gorontalo patut diacungi jempol. Koperasi yang diketuai Rosmiyati Abdul ini memperkenalkan kaos karawo, motifnya unik dengan cita rasa anak muda.
Survey Bank Indonesia Gorontalo menunjukkan sulam karawo sudah menjadi kebanggaan masyarakat, namun sayangnya tidak banyak yang memilikinya.
Sulam karawo sebagai warisan budaya Gorontalo patut dilestarikan, tidak saja memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai sosial yang tinggi.